NRA.MPL.10.576.0384.JGR Kambuna 2012

Tuesday 31 March 2015

Keindahan Semburat Jingga di Langit Petang Lompobattang

11:18

Share it Please

Semburat jingga terlihat di tempat camp
Pendakian kali ini saya akan melintasi berjalan di atas punggungan Puncak Bawakaraeng menuju ke Puncak Lompobattang, bersama dengan adik-adik angkatanku dari Mapala UMI Makassar, yang ikut antara lain Ahmad Mubarak angkatan GST, Rizal Anwar (Mayor Ibo) dan Suprianto Lahabato (Cuplis) angkatan RBH. Pendakian ini mengantar tamu dari Manado, teman kami itu bernama Rivanz anggota dari Mapala Tarsius Politeknik Manado. 17 Maret kami berangkat dari Sekretariat.

Pendakian ini kami beri nama pendakian dari mulut ke perut. Nama ini kami sengaja ambil dari nama Puncak Bawakaraeng dan Lompobattang, yang artinya Bawakaraeng adalah Mulut Raja sedangkan Lompobattang adalah Perut Besar.

Saya sendiri bertindak sebagai ketua tim dalam pendakian itu. Sebab urusan yang satu ini pernah saya lalui sebelumnya. Waktu itu saya masih berstatus anggota muda, pernah punya tim ekspedisi, namanya tim Kambuna 2012. Kala itu diangkatan saya, setiap anggota muda saat itu wajib mengambil nomor registrasi. Saya sendiri berinisiatif untuk menuntaskan jenjang pendidikanku di Mapala UMI. Saya bergabung di tim ekspedisi gunung hutan. Makanya saya dipercayakan,ditunjuk menjadi ketua tim hehehe

Ooh iyaa, dalam pendakian lintas balas ini kami membawa lembar peta dan kompas, kebetulan tiga adik angkatanku yang ikut lintas, masih berstatus anggota muda. Mumpung lagi bermain-main di alam bebas, tak ada salahnya untuk belajar. Belajar menggunakan peta dan kompas saat berada di alam bebas.
.
Tim Lintas foto bersama
Pendakian ini cukup terbilang berat, pasalnya, menurut cerita dari beberapa senior-senior Mapala UMI, jalur yang akan dilalui oleh tim, medannya begitu extreme, karena tebingnya cukup terjal sekitar 70 derajat, jarang ada pendaki yang membalas lintas balik dari Puncak Bawakaraeng menuju ke Puncak Lompobattang apalagi kondisi cuaca bulan Maret ini yang tidak bersahabat, masih musim penghujan. Maka dari itu tim disarankan untuk membawa peralatan pendukung yang safety, seperti tali-temali.

Mengawali pendakian itu di desa Lembanna Rabu pada tanggal 18 Maret. Tim berdoa bersama sebelum jalan, membentuk lingkaran di halaman depan rumah Tata. Start dari desa Lembanna pada Pukul 09.11 Wita pagi, ditunjuk sebagai Leader dalam pendakian adalah Rizal Anwar, kemudian disusul oleh anggota lainnya. Menuju pos sembilan tempat camp pertama waktu tempuh sekitar enam jam-an lebih. Tiba di pos sembilan sudah mejelang petang Pukul 15.54 Wita.

Dihari kedua Kamis 19 Maret, tim start dari pos sembilan camp pertama pada pukul 11.27 Wita. Perjalanan dilanjutkan menuju puncak Bawakareng yang memiliki ketinggian 2830 Mdpl menurut dari peta yang dibawa oleh tim. Tiba di puncak, jarak pandang mulai ditutupi oleh kabut, karena baru saja hujan turun. Tapi itu bukan halangan, Rivanz anggota Mapala Tarsius Politeknik Manado berfoto di Trianggulasi Puncak Bawakaraeng sebagai bahan dokumentasi perjalanannya. Kemudian dari puncak, tim melintas berjalan diatas punggungan.
.
Foto bersama di Trianggulasi puncak Bawakaraeng menggunakan kamera Go Pro

Menuju tempat camp ke-2 yaitu di Lembah Karisma. Setelah melewati punggungan tipis yang menganga di kiri-kanannya adalah jurang. Tim mendirikan tenda di Lembah Karisma dekat dari sungai dengan posisinya di Titik Kordinat 05'20'21" Lintang Selatan kemudian 119'56'26" Bujur Timur, tempat camp itu medannya berada diketinggian 2174 Mdpl menurut data yang diambil dari GPS yang dibawa oleh tim.

Dihari ketiga Jumat 20 Maret, tim start pada pukul 09.48 Wita. Berjalan menyebrangi sungai, lalu kemudian naik melewati tanjakan, tiba dimedan yang datar, jalur yang dilalui oleh tim sudah kembali tertutup, ditutupi tumbuhan liar semak-semak seperti rotan berduri. Tim terpaksa kembali membersihkan jalur lama yang sudah jarang dilalui oleh pendaki itu. Lalu naik lagi ke tanjakan yang lebih terjal, jalurnya membawa tim ke punggungan Puncak Lompobattang. Diatas punggungan jalurnya sudah mulai jelas, namun masih diselimuti oleh kabut hingga ke Puncak Lompobattang.

Tiba di Puncak Lompobattang yang memiliki ketinggian 2874 Mdpl sudah menunjukkan pukul 16.03 Wita. Rivanz kembali mengeluarkan kamera miliknya untuk berfoto di Trianggulasi puncak Lompobattang. Bersama dengan anggota Mapala UMI yang mengantarnya. Tim istirahat di puncak beberapa menit, setelah kabut hilang digantikan matahari petang yang muncul perlahan-lahan dari balik awan yang mendung. Masing-masing anggota tim mengambil gambar dengan latar trianggulasi, sebagai bahan dokumentasi pribadi hasil perjalanannya.
.
Fotobersama di trianggulasi puncak Lompobattang


Fotobersama di Trianggulasi puncak Lompobattang

Foto bersama di Trianggulasi puncak Lompobattang

Foto bersa di trianggulasi puncak Lompobattang

Dari puncak tim bergegas turun menuju pos sembilan Lompobattang, jam tangan menunjukkan pukul 16.40 Wita. Di pos sembilan terdapat medan datar yang menjadi tempat camp, disitu tim mendirikan tenda. Di pos sembilan sore itu medannya terbuka, sehingga mata bisa bebas memandang hijaunya pegunungan. Sore itu juga terdapat pemandangan yang cantik. Matahari mulai tenggelam memancarkan cahaya orens semburat jingga dilangit petang kala itu. Momen itu kami tidak melewatkannya. Ahmad Mubarak mengambil kamera Go Pro untuk mengabadikan keindahan cahaya orens dari tempat camp, pos sembilan Lompobattang.

.
Semburat jingga dilangit petang pos 9 lompobattang


tempat camp pos 9 Lompobattang



Keesokan harinya Sabtu 21 Maret, Suprianto Lahabato sudah bangun lebih dulu lalu mengambil air di sebelah kiri tempat camp, memasuki jalan setapak turun menuju sungai dengan membawa dua jerigen 5 Liter ditangannya. Air yang diambil digunakan untuk keperluan masak-memasak. Menjadi koki dalam tim adalah Rizal Anwar, rupanya dia mahir dalam urusan masak-memasak. Setelah makan, persiapan packing menuju desa Lembangbune.

Alhamdulillah pendakian itu berjalan  lancar, dengan kondisi anggota tim sehat semua. Taklupa kami memberi kabar kepada Bapak Dusun Lembanna bahwa tim lintas sudah tiba di Lembangbune. Selang waktu empat hari tiga malam tim sudah tiba di kaki Gunung Lompobattang desa terakhir adalah Lembangbune. Tim singgah istirahat sejenak di rumah Tata Gassing orang yang dituakan di dusun Lembangbune, Parangbintolo. Dari situ tim kemudian dijemput menggunakan mobil pick-up oleh salah satu anggota Mapala UMI Makassar yang tinggal di Kab. Jeneponto yaitu Ilham Hidayat GST. Selanjutnya diantar ke Makassar menuju Titik Nol.